Rabu, 23 April 2008

Perjuangan di usia senja


Sore itu langit mulai tampak gelap, di gedung lama Universitas Kristen Petra mulai terlihat sepi. Para penjual makanan di kantin juga mulai membereskan barang-barangnya untuk dibawa pulang. Karena pada sore hari sudah jarang sekali ada mahasiswa di kampus. Di antara para penjual makanan di kantin itu terlihat seorang wanita tua yang berjalan menuju tempat duduk yang disediakan di gedung tempat fakultas komunikasi. Tangannya yang sudah keriput terlihat masih kuat menenteng keranjang biru, dan di tangan sebelah kirinya membawa bungkusan tas plastik. Rambutnya juga sudah mulai dipenuhi dengan uban tetapi ia tetap terlihat gigih berjuang di usianya yang senja seperti itu untuk mendapatkan penghasilan yang digunakan kebutuhannya sehari-hari.
Setelah sampai di kursi, ia mulai meletakkan satu persatu bawaannya dengan hati-hati. Tidak lama setelah wanita tua itu duduk, ia di datangi oleh beberapa mahasiswa yang terlihat baru selesai kuliah. Para mahasiswa itu membeli bawaannya yang ditempatkan di keranjang biru. Ternyata di dalam keranjang biru itu berisi jajanan gorengan dan di bungkusan tas plastik adalah kue. Setiap habis ada mahasiswa yang membeli kue atau jajanan gorengannya wanita tua itu selalu berkata “Terimakasih, Tuhan memberkati”. Nama wanita tua itu adalah Ans Ukteolseja, ia berasal dari Ambon tetapi besar di Surabaya. Pada waktu ditanyai umurnya, dengan nada bercanda, ia balas bertanya “coba tebak berapa umur saya?” ternyata ia sudah berumur 74 tahun.
Wanita yang umurnya sudah setengah abad lebih ini, lebih suka dipanggil tante daripada Ibu. Ia sudah 4 tahun berjualan kue di Universitas Kristen petra ini mulai tahun 2004. Ketika ditanya kerjaannya sebelum berjualan kue di Universitas Kristen Petra ini, ia mulai menceritakan tentang masa lalunya. Sebelum berjualan kue di Universitas Kristen Petra ini, dulunya Tante Ans ini menjadi guru TK di Petra 9, Jemur Handayani. Ia sangat menyayangi dan memperhatikan muridnya. Setiap malam ia tidak lupa mendoakan anak didiknya, selain itu ia juga mengajar les private dan bahasa belanda. Pada tahun 1993 ia berhenti menjadi guru TK tetapi tetap memberikan les private dan mengajar sekolah minggu. Tante Ans ini tinggal bersama adiknya di daerah Graha Asri. Ia tidak berkeluarga karena pada masa mudanya dulu ia memiliki kekasih yang marganya sama dengan dia. Oleh karena itu ia ditentang oleh Ibunya dan akhirnya sampai sekarang ia tidak menikah. Lalu pada tahun 2004 sebelum Ibunya meninggal ia mampir ke rumah saudaranya pada saat saudaranya membikin kue. Dan sejak saat itu ia menjualkan kue bikinan saudaranya di Universitas Kristen Petra.
Pada waktu berjualan di Universitas Kristen Petra ini ia kerap kali mendapat kendala, yaitu tidak boleh berjualan kalau tidak di kantin. Sedangkan kalau berjualan di kantin, ia harus menyewa tempatnya seharga 1 juta rupiah. Tetapi ia bilang kepada satpam yang mengusirnya bahwa ia tidak akan mencukupi antara penghasilannya dan biaya sewanya. Lalu satpam mengusir dan membentaknya untuk pergi dan tidak boleh berjualan di situ lagi. Walaupun sudah diperlakukan begitu, ia masih bisa bilang kepada satpam yang mengusirnya “Terimakasih pak, Tuhan memberkati anda”. Kebetulan tante Ans ini adalah saudara dari salah satu orang yang punya kedudukan di Universitas Kristen Petra. Pada waktu saudaranya punya hajatan di petra ia diundang dan sejak saat itu ia diperbolehkan berjualan lagi di petra. Lalu saat ditanya apa keinginannya yang sampai sekarang belum tercapai. Ia diam sejenak dan ia mengungkapkan bahwa ia ingin matanya dioperasi karena katarak dan ia ingin bisa membaca Firman Tuhan lagi.

Taman Untuk Rekreasi Keluarga


Suara renyah dari gelak tawa anak-anak terdengar dari tempat bermain yang terletak di bagian samping kanan di taman bungku. Di tempat bermain tersebut terdapat banyak mainan anak kecil seperti ayunan,jungkat-jungkit, papan luncur dan masih banyak lainnya. Mainan anak-anak itu dicat dengan beraneka warna jadi terlihat meriah dan cocok untuk anak-anak. Di bagian depan taman, terdapat tempat luas atau altar yang berebentuk lingkaran yang dikelilingi tempat duduk dari batu dan ada air mancurnya. Banyak orang-orang yang duduk di situ bersama pasangan ataupun keluarganya. Dari sekian banyak orang yang duduk di pinggir lingkaran, terlihat sepasang muda-mudi yang sedang asyik mengutak-atik laptopnya. Ternyata di taman bungkul tersebut terdapat wi-fi atau hotspot.
Di sebelah samping kiri altar, terdapat fasilitas untuk remaja yang gemar bermain skateboard yaitu papan-papan tinggi yang biasanya digunakan untuk bermain skateboard. Di tempat itu terlihat segerombolan anak laki-laki remaja yang sedang asyik bermain skateboard. Dan di taman bungkul ini ada jalan yang mengelilingi taman tersebut untuk para pejalan kaki. Jalan yang digunakan para pejalan kaki ini terlihat sangat bersih karena ada petugas yang menyapu daun-daun yang berguguran. Dan di sepanjang jalan itu terdapat lampu taman yang dinyalakan pada malam hari untuk menerangi para pejalan kaki. Serta ada para penjual makanan ringan dan penjual minuman di samping-sampingnya. Tidak itu saja, ada juga para penjual mainan anak-anak yang berjualan di sekitar altar. Sedangkan di bagian belakang atau dibalik taman bungkul tersebut terdapat banyak warung-warung makanan yang tertata dengan rapi. Taman yang terletak di raya Darmo, Surabaya ini memang terlihat asri karena lumayan banyak pepohonan, tetapi tidak sebanyak yang ada di kebun bibit bratang, Surabaya.


Di kebun bibit yang tempatnya lebih luas dibandingkan dengan taman bungkul, terlihat lebih rindang karena memang lebih banyak pepohonannya. Tidak hanya flora saja, di kebun bibit juga terlihat beberapa ekor Rusa yang sedang memakan rumput di kandangnya dan dua ekor monyet yang di tempatkan dalam kurungan besi di sebelah kandang rusa. Kebun bibit dan taman bungkul memang memiliki konsep yang hampir sama yaitu taman hiburan yang dipadukan dengan teknologi. Hal itu bisa dilihat dengan adanya tempat bermain anak-anak dan di dua taman itu terdapat wi-fi atau hotspot. Tetapi kebun bibit ini tempatnya lebih tertutup sedangkan taman bungkul lebih terbuka karena tempatnya berada di pinggir jalan langsung dan tidak dipagari. Tetapi di kebun bibit ini jarang sekali terlihat penjual makanan maupun penjual mainan. Di kebun bibit ini pengunjungnya lebih dominan dari kalangan remaja dan dewasa yang berpasang-pasangan. Ada juga terlihat pelajar SMU yang masih memakai seragam dan anak laki-laki berumur belasan tahun yang sepertinya tinggal di daerah kebun bibit itu asyik bermain sepak bola dengan teman-temannya. Di dalam kebun bibit tersebut terlihat beberapa bangunan yaitu ada bangunan untuk kantor dan bangunan terbuka yang digunakan untuk taman bacaan atau perpustakaan gratis. Di dalam kebun bibit ini terdapat seperti sangkar burung yang besar terbuat dari kawat tetapi kelihatannya masih belum terisi. Dan dari tengah-tengah kebun bibit ini terdengar seperti gemericik air. Ternyata suara itu berasal dari kolam air mancur yang bersusun 3 tingkat dan di cat berwarna keemasan. Dengan adanya kolam air mancur yang cukup besar ini menambah suasana kebun bibit menjadi lebih segar. Memang antara 2 taman yang berada di kota Surabaya ini, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan jika dibandingkan. Kalau taman bungkul kelihatannya lebih bersih dan terawat, sedangkan kebun bibit kelebihannya adalah lebih luas dan lebih rindang.
Di kota Surabaya ini, taman-taman mulai dijamah oleh pemerintah dan lebih diperhatikan sehingga bisa menjadi tempat rekreasi bagi keluarga. Dan dengan adanya banyak taman otomatis pepohonan juga akan lebih banyak dan bisa menjadi jantung kota serta memajukan penghijauan di kota Surabaya ini.